Sifat Surga dan
Penghuninya
Khutbah: HAI
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا
بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ
اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ
الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang
diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. (QS.
Az-Zukhruf: 71).
Sidang
Jumat Rahimakumullah
Marilah
kita bersyukur kehadirat Allah SWT.yang telah menganugrahkan Iman dan Islam
kepada kita dan juga –yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada kita,
hingga kita bisa hadir di Mesjid yang kita cintai ini dalam rangka melaksanakan
kewajiban; yaitu shalat Jumat berjamaah.
Shalawat
serta salam kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah meninggalkan 2
pedoman bagi kita ; yang jika kita berpedoman kepada ke-2 nya maka kita tidak
akan tersesat selamanya-yaitu Al Quran dan sunnah.
Dan
marilah kita senantiasa menigkatkan Taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan
melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhkan diri dari apa-apa yang
dilarangnya.
Hadirin
Sidang Jumat Rahimakumullah.
Adapun
Judul Khutbah kita kali ini adalah: SIFAT SURGA DAN PENGHUNINYA
Allah
telah menyediakan surga bagi hambanya yang shaleh.
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ
الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan
di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. (QS. Az-Zukhruf: 71).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan firman Allah dalam sebuah hadits
qudsi:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى
الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى
قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku
telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang belum pernah
mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula
terbetik dalam kalbu manusia.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang orang yang terakhir masuk ke
dalam surga. Ia adalah orang yang paling rendah kedudukannya di dalam surga.
Hadit ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Unais radiyallahu
‘anhu ia mengatakan:
Orang-orang
mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat?”
Beliau
balik bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kesulitan melihat bulan pada malam
purnama tanpa terhalang oleh awan?”
Mereka
menjawab, “Tidak, Wahai Rasulullah.”
Beliau
bertanya, “Apakah kalian kesulitan melihat matahari yang tidak terhalan awan?”
Mereka
menjawab, “Tidak.”
Beliau
(Rasulullah) bersabda:
Sesungguhnya
kalian pun akan melihat-Nya seperti itu. Manusia dikumpulkan pada hari kiamat,
lalu dikatakan padanya, “Siapa yang menyembah sesuatu (selain-Ku), maka
ikutilah ia”. Maka diantara mereka ada yang mengikuti matahari, ada yang
mengikuti bulan, ada yang mengikuti thaghut. Tinggal umat ini,
termasuk kaum munafiknya.
Mereka
mengatakan, “Kami tetap di tempat kami ini hingga Rabb kami datang kepada kami.
Jika Rabb kami datang, maka kami mengenali-Nya”.
Lalu
Allah datang kepada mereka seraya berfirman, “Aku lah Rabb kalian”.
Mereka
mengatakan, “Engkau lah Rabb kami”.
Lalu
Allah menyeru mereka dan meletakkan shirat (titian) di antara
kedua tepi Jahannam. Aku lah (Rasul) orang yang pertama tama melintasinya dari
kalangan para Rasul bersama umatnya. Pada hari itu tidak ada orang yang
berkata-kata selain para Rasul, dan doa para Rasul pada hari itu adalah ‘Ya
Allah, selamatkanlah, selamatkanlah!’
Di
Jahannam terdapat besi-besi pengait seperti duri sa’dan.
Rasulullah
bersabda, “Apakah kalian pernah melihat duri sa’dan?”
Mereka
(sahabat) berkata, “Ya.” Kemudian beliau mengatakan, “Ia seperti duri sa’dan,
dan hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Pengait
itu akan menyambar manusia, tergantung amalan mereka. Di antara mereka ada yang
binasa karena amalanya (sedikit), dan di antara mereka ada yang diberi balasan
hingga diselamatkan.
Hingga
ketika Allah berkehendak untuk memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya
dari ahli neraka, maka Allah memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan
orang-orang yang dulu menyembah Allah. Maka malaikat mengeluarkan mereka dengan
melihat bekas sujud, dan Allah mengharamkan neraka melahap bekas sujud. Mereka
dikeluarkan dari neraka dalam keadaan telah gosong, lalu mereka disiram dengan
air kehidupan, maka mereka tumbuh sebagaimana tumbuhnya biji di aliran air.
Kemudian
Allah selesai dari memutuskan perkara di antara para hamba, dan tinggal satu
orang yang berada di antara surga dan neraka. Ia adalah orang terakhir dari
penghuni neraka yang akan dimasukkan ke surga.
Ia
menghadapkan wajahnya ke neraka seraya mengatakan, “Wahai Rabb, palingkanlah
wajahku dari neraka. Sungguh baunya telah menyakitiku dan panasnya telah
membakarku”.
Allah
berfirman, “Jika Aku melakukan hal itu terhadapmu, apakah engkau akan meminta
selainnya?”
Ia
menjawab, “Tidak, demi keperkasaan-Mu”. Ia pun berjanji kepada Allah, lalu
Allah memalingkan wajahnya dari neraka.
Ketika
ia maju menuju surga, ia melihat keindahannya, maka ia diam sekian waktu,
kemudian ia mengatakan, “Wahai Rabb, bawalah aku ke dekat pintu surge”.
Allah
berfirman, “Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta selain yang
telah engkau minta?”
Ia
mengatakan, “Wahai Rabb, agar aku tidak menjadi makhluk-Mu yang paling
sengsara”.
Allah
mengatakan, “Jika Aku memberikannya kepadamu, apakah engkau akan meminta
selainnya?”
Ia
mengatakan, “Tidak, demi keperkasaan-Mu, aku tidak meminta kepada-Mu selain
ini”. Ia berjanji kepada Rabb nya.
Lalu
Allah mendekatkannya ke pintu surga. Ketika telah sampai di pintunya, ia
melihat keindahannya dan apa yang terdapat di dalamnya berupa kesenangan dan
kegembiraan. Ia pun diam sementara waktu, lalu ia mengatakan, “Wahai Rabb,
masukkanlah aku ke dalam surga”.
Maka
Allah berfirman, “Kasihan engkau, wahai anak Adam! Betapa cepatnya engkau
menghianati janji. Bukankah engkau telah berjanji kepada-Ku untuk tidak meminta
selain apa yang telah Aku berikan kepadamu?”
Ia
mengatakan, “Wahai Rabb, janganlah Engkau jadikan aku sebagai makhluk-Mu yang
paling sengsara”.
Allah
pun tertawa kepadanya, kemudian mengizinkannya masuk surga. Lalu Allah
mengatakan kepadanya, kemudian mengizinkannya masuk surga.
Lalu
Allah mengatakan kepadanya, “Berangan-anganlah!” Ia pun berangan-angan hingga
ketika angan-angan nya telah terputus, maka Allah mengatakan,
“Berangan-anganlah demikian dan demikian”. Allah mengingatkannya hingga ketika
angan-angannya habis, maka Allah mengatakan, “Engkau mendapatkan hal itu dan
yang semisal itu”.
Abu
Sa’id al Khudri mengatakan kepada Abu Hurairah,” Rasulullah mengatakan ,” Allah
berfirman,” Engkau mendapatkan hal itu dan sepuluh kali lipatnya.”
Subhanallah..
betapa pemurahnya Allah Ta’ala. Dia memaafkan, memberikan kenikmatan, dan
menganugerahi seseorang dengan karunia yang sangat banyak. Jika orang terakhir
yang masuk ke dalam surga setelah disiksa terlebih dahulu di neraka mendapatkan
kenikmatan yang begitu besar, 10x lipat dari hal ternikmat yang bisa ia
bayangkan. Bagaimana dengan orang-orang yang masuk lebih awal ke adalam surga?
Tentu jauh lebih nikmat.
Mudah-mudahan
Allah menganugerahkan kepada kita semua surga. Kita dimasukkan ke dalamnya
tanpa harus singgah di neraka terlebih dahulu.
Bentuk
kenikmatan di surga yang juga dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah berjumpa dan memandang wajah Allah. Bertemu dengan Allah yang
menciptakannya dan ia sembah dan imani walaupun belum bertemu dengan-Nya.
Inilah kenikmatan yang paling agung dan besar.
جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ
آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا
فِيهِمَا، وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ
إِلاَّ رِدَاءُ الْكِبْرِ عَلَى وَجْهِهِ فِى جَنَّةِ عَدْنٍ
“Ada
dua surga yang perabotnya dan segala isi di dalamnya terbuat dari perak, dan
ada dua surga yang perabotnya dan segala isi di dalamnya terbuat dari emas.
Tidak ada yang menghalangi suatu kaum untuk melihat Rabb mereka selain
selendang keagungan di wajahNya pada surga ‘Adn.” (HR. Bukhari).
Kemudian di antara keadaan surga, ia adalah tempat yang
bertingkat-tingkat sesuai dengan amalan seseorang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
نَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ
يَتَرَاءَيُونَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَيُونَ الْكَوْكَبَ
الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ ، أَوِ الْمَغْرِبِ
لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ تِلْكَ مَنَازِلُ
الأَنْبِيَاءِ لاَ يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ قَالَ بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ
“Sesungguhnya
penduduk surga akan saling melihat para penghuni kamar-kamar surga yang ada di
atas mereka seperti melihat bintang yang terang-benderang di ufuk timur atau
barat, disebabkan adanya tingkatan para penghuni surga. Para sahabat bertanya,
“Wahai Rasulullah itukah rumah-rumah para nabi di surga yang tidak dapat
dicapai oleh selain mereka?” Beliau bersabda, “Bahkan, demi Allah yang jiwaku
ada di tangan-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
membenarkan para Rasul.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id
al-Khudri radhiyallahu’anhu).
Keadaan surga dan penduduknya yang berikutnya, dijelaskan
dalam sebuah hadit dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الجَنَّةَ
صُورَتُهُمْ عَلَى صُورَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، لاَ يَبْصُقُونَ فِيهَا،
وَلاَ يَمْتَخِطُونَ، وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ، آنِيَتُهُمْ فِيهَا الذَّهَبُ،
أَمْشَاطُهُمْ مِنَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، وَمَجَامِرُهُمُ الأَلُوَّةُ،
وَرَشْحُهُمُ المِسْكُ، وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يُرَى مُخُّ
سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الحُسْنِ
“Kelompok
pertama yang masuk surga, wajah mereka secerah bulan di malam purnama. Mereka
tidak meludah, tidak berdahak, dan tidak buang air besar. Bejana mereka dari
emas, sisir mereka dari emas dan perak. Dupa wewangian mereka berupa aluwah,
keringat mereka bau wangi, masing-masing memiliki dua istri, dimana susum
tulanng betisnya kelihatan di balik daging, karena cantiknya…” (HR. Bukhari,
Muslim, dan yang lainnya).
Kita
memohon kepada Allah surga dan memberi taufik kepada kita untuk mengerjakan
amalan-amalan yang mendekatkan kepadanya. Baik perkataan maupun perbuatan.
Mudah-mudahan
gambaran surga dari nash-nash syariat ini, dapat memberi semangat kepada kita
untuk kembali ke kampung kita, kampung akhirat dengan keberhasilan. Berhasil
sebagai penghuni surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar