Sabtu, 23 Januari 2016

Peranan Pemuda dalam mengisi Kemerdekaan



Khutbah Hai :
PERANAN PEMUDA DALAM MENGISI KEMERDEKAAN
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ  
اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ


Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (Ibrahim:7)

Sidang Jumat Rahimakumullah

Marilah kita bersyukur kehadirat Allah SWT.yang telah menganugrahkan Iman dan Islam kepada kita dan juga –yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada kita, hingga kita bisa hadir di Mesjid yang kita cintai ini dalam rangka melaksanakan kewajiban; yaitu shalat Jumat berjamaah.
Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah meninggalkan 2 pedoman bagi kita ; yang jika kita berpedoman kepada ke-2 nya maka kita tidak akan tersesat selamanya-yaitu Al Quran dan sunnah.
Dan marilah kita senantiasa menigkatkan Taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhkan diri dari apa-apa yang dilarangnya.

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah.
Adapun Judul Khutbah kita kali ini  adalah: 
PERAN PEMUDA DALAM MENGISI KEMERDEKAAN
Hari ini adalah Jumat terahkir pada bulan Syawal tahun ini. Artinya kita telah meninggalkan bulan suci Ramadhan, satu bulan lamanya. Mudah-mudahan target menjadi Taqwa yang kita capai pada bulan Ramadhan masih terus kita laksanakan dalam kehidupan.Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa khusus bagi bangsa Indonesia.Tujuh puluh tahun yang lalu, tepatnya di hari suci, hari Jum’at dan di bulan suci, bulan Ramadhan, persis tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Perjuangan panjang para pendahulu bangsa ini yang nota bane kaum muslimin, berjuang sabilillah melawan penjajah, dibawah teriakan takbir Allahu Akbar, mereka melawan kaum kuffar, dibawah bendera laa ilaaha illa Allah mereka berkorban jiwa dan raga, banyak dari mereka yang menjadi syuhada’. Sehingga Allah swt memberikan nikmat kemerdekaan kepada bangsa ini.
Umat Islam yang berjumlah mayoritas di negeri ini sudah seharusnya mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Mensyukuri kedaulatan dengan pembangunan dan persatuan. Ini menjadi bukti penghargaan kepada para pendahulu bangsa ini, sekaligus agar Allah swt menambah nikmat-nikmatnya kepada bangsa ini. Bukankah Allah swt pasti menambah nikmat-Nya bagi siapa saja yang bersyukur?
Sebagaimana Firman Allah yang kita baca diatas:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (Ibrahim:7)

Hadirin Rahimakumullah

Seperti yang telah kita ketahui  bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan, Pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak untuk membebaskan Bangsa Indonesia  dari belenggu para penjajah menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Catatan sejarah bangsa ini menempatkan peran pemuda sebagai pilar dan motor untuk mencapai kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Di mulai dari Budi Utomo tahun 1908, Sumpah pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945.

Bertolak belakang dari sejarah masa lalu bangsa ini yang menggambarkan peran penting pemuda Indonesia dalam merebut kemerdekaan, generasi muda zaman sekarang hidup dengan aman dan bebas tidak ada tekanan bahkan peperangan. Dalam menuntut ilmu pun tidak membeda-bedakan antara anak bangsawan dan anak rakyat jelata, semuanya sama, sama – sama anak bangsa Indonesia.

Ternyata peran pemuda di era setelah kemerdekaan pun masih sangat diperlukan, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang strategis  dalam hal pembaharuan dan pembangunan bangsa . sehingga perlu di kembangkan potensi dan peran dari pemuda itu sendiri.
Untuk meningkatkan potensi dan peran para pemuda  di perlukan kesadaran diri dari individu itu sendiri

Sehingga yang dibutuhkan dari peran generasi muda zaman sekarang dalam mengisi kemerdekaan adalah dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif, misalnya patriot bangsa yang jarang diperhatikan publik seperti generasi muda yang aktif di organisasi sekolah, seperti PMR, OSIS, Pramuka, Paskibra dan lain sebagainya. Mereka Patut dianggap sebagai patriot bangsa yang mengisi kemerdekaan dengan karya nyata yang positif tidak hanya sekedar omong kosong yang tidak ada arti dan bukti nyatanya.

Selain itu kiranya tidak salah jika dalam mengisi kemerdekaan para pemuda diharapkan dapat menjadi agent of social change (Agen perubahan sosial) ,  baik dalam skala nasional maupun lokal.

Selain yang telah di uraikan diatas, tentu masih banyak hal yang perlu dilakukan para pemuda dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, diantaranya sebagai berikut :

1.    Belajar dengan sungguh-sungguh.

Kalau dulu para pemjuang memperjuangkan bangsa ini dengan senjata bambu runcing, bedill dan alat perang lainnya. Maka anak muda sekarang dalam mengisi kemerdekaan dengan senjata buku dan alat tulis. Artinya dengan belajar sungguh-sungguh maka akan tercipta generasi Indonesia yang pintar dan cerdas dalam mengelola nergara ini.

2.    Menjaga dan Melestarikan kebudayaan indonesia.

Budaya apa saja yang telah diciptakan oleh bangsa Indonesia harus tetap kita jaga dan kita lestarikan, dengan tetap menampilkan seluruh budaya yang ada di setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan.

3.    Melestarikan penciptaan yang telah di kreatifkan oleh bangsa indonesia.

Sebagai warga negara yang baik, harus cinta terhadap produk-produk yang dibuat atau diciptakan oleh negara ini sendiri. Karna dengan itulah kita bisa tetap mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

4.    Membuat penciptaan-penciptaan baru terhadap teknologi yang canggih.

Banyak pemuda-pemuda yang telah menciptakan hasil karya yang sangat luar biasa bagi bangsa ini. Disinilah peluang besar bagi para pemuda untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

5.    Menjaga kelestarian wilayah indonesia.

Segala kekayaan yang dimiliki indonesia harus kita jaga dengan seutuh-utuhnya. Jangan mau seluruh sumber daya alam kita di habisi secara liar oleh negara lain. Ini yang sekarang sangat ceroboh dari pemerintahan. Indonesia memiliki berbagai banyak sumber daya alam yang melimpah dari sabang dari merauke.

6.    Menjaga Keutuhan NKRI

Dalam rangka menjaga keutuhan NKRI adalah dengan menolak segala bentuk kegiatan yang mampu memecah belah bangsa ini. Terutama menolak ajakan ISIS.
Mengecam peristiwa Tolikara yang berbau sara. Untuk menjaga NKRI maka generasi muda harus memiliki sikap toleransi yang sempurna.

Demikianlah.


Keutamaan Zulhijjah



KEUTAMAAN DZULHIJJAH
Oleh: Haitami Lubis,S.Ag, S.Pd.I
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ بسم الله الرحمن الرحيم   


  
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.“ (At-taubah:36)
Qola Rasulullahi Saw.:
AZZAMANU QODISTADARO KAHAI-A-TIHI YAUMA KHOLAQOS-SAMAWATI WAL-ARDHO ASSANATUTSNA ‘ASYARA SYAHRAN. MINHA- ARBA’ATUN HURUMUN. TSALATSATUN MUTAWALIATUN DZULQA’DAH, WA DZULHIJJAH, WAL-MUHARRAM, WA-RAJABU MUDHAROLLADZI BAINAJUMADA WA-SYA’BAN
“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari & Muslim)     

                                             
Sidang Jumat Rahimakumullah

Marilah kita bersyukur kehadirat Allah SWT.yang telah menganugrahkan Iman dan Islam kepada kita dan juga –yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada kita, hingga kita bisa hadir di Mesjid yang kita cintai ini dalam rangka melaksanakan kewajiban; yaitu shalat Jumat berjamaah.
Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah meninggalkan 2 pedoman bagi kita ; yang jika kita berpedoman kepada ke-2 nya maka kita tidak akan tersesat selamanya-yaitu Al Quran dan sunnah.
Dan marilah kita senantiasa menigkatkan Taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhkan diri dari apa-apa yang dilarangnya.

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah.
Adapun Judul Khutbah kita kali ini  adalah:  KEUTAMAAN DZULHIJJAH

Ketentuan waktu yang ditetapkan Allah saat menciptakan langit dan bumi adalah 12 bulan. Dalam Islam setiap bulan memiliki keutamaannya tersendiri. Kita baru saja melewati bulan Ramadhan dengan keutamaannya. Kita telah menjalani bulan syawal dengan keutamaannya.  Saat ini kita sudah memasuki bulan Haram. Bulan yang mewajibkan umat Islam untuk melaksanakan Rukun Islam- HAJI ke Baitullah bagi yang berkemampuan.
Di dalam Hadits Rasulullah: Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Alh-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara, Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim).
Firman Allah QS.Ali Imran:97:



“ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Haji adalah Rukun Islam yang terakhir. Secara bahasa Haji diartikan “Sengaja”. Dalam pengertian istilah syariat Islam bahwa yang dimaksud Haji adalah, “Sengaja datang berkunjung ke Ka’bah pada bulan Dzulhijjah untuk menunaikan Ibadah yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw..
Bulan Haji adalah bulan Dzulhijjah.
Secara bahasa, Dzulhijjah [arab: ذو الحجة ] terdiri dari dua kata: Dzul [arab: ذو ], yang artinya pemilik dan Al Hijjah [arab: الحجة ], yang artinya haji. Dinamakan bulan Dzulhijjah, karena orang Arab, sejak zaman jahiliyah, melakukan ibadah haji di bulan ini. Orang arab melakukan ibadah haji sebagai bentuk pelestarian terhadap ajaran Nabi Ibrahim  ‘alaihis salam. (Tahdzibul Asma’, 4/156)
Di dalam bulan Haji tersebut ada beberapa hari khusus: :
  1. Hari tarwiyah [arab: التروية ] : tanggal 8 Dzulhijjah. Disebut hari tarwiyah, dari kata irtawa – yartawi [arab: ارتوى - يرتوي ], yang artinya banyak minum. Karena pada hari ini, masyarakat banyak minum dan membawa air untuk perbekalan hari setelahnya. Ada juga yang mengatakan, tarwiyah dari kata ar-rawiyah [arab: الرَّوِيَّةُ ], yang artinya berfikir atau merenung. Disebut tarwiyah, karena pada tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berfikir dan merenungkan isi mimpinya. (Al Qamus Al Muhit, kata: ra-wi-ya)
  2. Hari arafah [arab: عرفة ] : tanggal 9 Dzulhijjah. Disebut hari ‘arafah, karena pada tanggal ini, jamaah haji melakukan wukuf di ‘arafah. (Al Mu’jam Al Wasith, kata: ‘arafah). Dengan demikian, hadis yang menyebutkan anjuran berpuasa ‘arafah adalah puasa di tanggal 9 Dzulhijjah.
  3. Hari An Nahr [arab: النحر :menyembelih) : tanggal 10 Dzulhijjah. Kata An Nahr secara bahasa artinya menyembelih binatang di bagian pangkal lehernya (tempat kalung). Ini merupakan cara yang digunakan dalam menyembelih onta. Karena onta terlalu sulit untuk disembelih di bagian ujung leher. Disebut hari Nahr, karena pada hari ini banyak orang yang menyembelih onta qurban. (Al-Qamus Al Muhit, kata: An Nahr)
Hadirin Sidang Jumat Rahimamumullah
Selain menunaikan ibadah Haji, Qurban dan Shalat Ied, maka ada beberapa keutamaan bulan Dzulhijjah menurut Hadits Nabi Saw..
  1. Dari Abu Bakra radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ شَهْرَا عِيدٍ رَمَضَانُ وَذُو الْحَجَّةِ
“Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak pernah berkurang, adalah bulan id, yaitu: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
Hadits ini mengungkapkan besarnya pahala orang yang melakukan Ibadah di bulan Ramadhan dan Dzulhijjah.


  1. Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari dimana suatu amal shaleh lebih dicintai Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen).” (HR. Al Bukhari, Ahmad, Abu Daud, dan At Turmudzi)
Tentang keutamaan 10 hari pertama Dzulhijjah, Allah berfirman:
وَ الْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 1 – 2)
Ibn Rajab mengatakan: Malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Inilah tafsir yang benar dan tafsir yang dipilih mayoritas ahli tafsir dari kalangan sahabat dan ulama setelahnya. Dan tafsir inilah yang sesuai dengan riwayat dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu….” (Lathaiful Ma’arif, hal. 469).
Jadi beramal di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, pahalanya lebih besar dari jihad fi sabilillah.
  1. Dari Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَه
“…puasa hari ‘arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai kaffarah (penghapus dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..” (HR. Ahmad & Muslim)
Hadits ini menerangkan bahwa puasa Arafah yaitu pada 9 Dzulhijjah fadhilahnya menghapus dosa setahun yang lalu dan akan datang.



  1. Dari Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يوم عرفة ، ويوم النحر ، وأيام التشريق ، عيدنا أهل الإسلام وهي أيام أكل وشرب
“Hari Arafah, hari berqurban, dan hari tasyriq adalah hari raya kita, wahai kaum muslimin. Itu adalah hari makan dan minum.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, & Turmudzi)
Tentang amalan Qurban Rasul bersabda: “Siapa yang berkemampuan berqurban, tapi tidak mau berqurban maka jangan dekati tempat shalat kami”.
Artinya Shalatnya menjadi sia-sia.
Karena itu segeralah berqurban. Bisa dilaksanakan secara pribadi. Atau melalui panitia Qurban di mesjid. Jika melalui panitia mesjid, segera mendaftar agar panitia bisa segera mencari hewan qurbannya.
  1. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Tidak satu hari dimana Allah paling banyak membebaskan seseorang dari neraka melebihi hari arafah. Sesungguhnya Dia mendekat, kemudian Dia membangga-banggakan mereka (manusia) di hadapan malaikat. Dia berfirman: Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim, An Nasa’i, dan Al Hakim)
Allah memberitahu pada kita bahwa pada hari Arafah, Allah banyak membebaskan orang dari neraka. Bahkan Allah mengabulkan semua permintaan mereka.
 Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Demikianlah.......



Sifat Surga dan Penghuninya



Sifat Surga dan Penghuninya
Khutbah: HAI

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
 اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ
اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ   
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. (QS. Az-Zukhruf: 71).

Sidang Jumat Rahimakumullah
Marilah kita bersyukur kehadirat Allah SWT.yang telah menganugrahkan Iman dan Islam kepada kita dan juga –yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada kita, hingga kita bisa hadir di Mesjid yang kita cintai ini dalam rangka melaksanakan kewajiban; yaitu shalat Jumat berjamaah.
Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah meninggalkan 2 pedoman bagi kita ; yang jika kita berpedoman kepada ke-2 nya maka kita tidak akan tersesat selamanya-yaitu Al Quran dan sunnah.
Dan marilah kita senantiasa menigkatkan Taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhkan diri dari apa-apa yang dilarangnya.

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah.
Adapun Judul Khutbah kita kali ini  adalah:   SIFAT SURGA DAN PENGHUNINYA
 
Allah telah menyediakan surga bagi hambanya yang shaleh.
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ     
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. (QS. Az-Zukhruf: 71).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan firman Allah dalam sebuah hadits qudsi:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam kalbu manusia.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang orang yang terakhir masuk ke dalam surga. Ia adalah orang yang paling rendah kedudukannya di dalam surga. Hadit ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Unais radiyallahu ‘anhu ia mengatakan:
Orang-orang mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat?”
Beliau balik bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kesulitan melihat bulan pada malam purnama tanpa terhalang oleh awan?”
Mereka menjawab, “Tidak, Wahai Rasulullah.”
Beliau bertanya, “Apakah kalian kesulitan melihat matahari yang tidak terhalan awan?”
Mereka menjawab, “Tidak.”
Beliau (Rasulullah) bersabda:
Sesungguhnya kalian pun akan melihat-Nya seperti itu. Manusia dikumpulkan pada hari kiamat, lalu dikatakan padanya, “Siapa yang menyembah sesuatu (selain-Ku), maka ikutilah ia”. Maka diantara mereka ada yang mengikuti matahari, ada yang mengikuti bulan, ada yang mengikuti thaghut. Tinggal umat ini, termasuk kaum munafiknya.
Mereka mengatakan, “Kami tetap di tempat kami ini hingga Rabb kami datang kepada kami. Jika Rabb kami datang, maka kami mengenali-Nya”.
Lalu Allah datang kepada mereka seraya berfirman, “Aku lah Rabb kalian”.
Mereka mengatakan, “Engkau lah Rabb kami”.
Lalu Allah menyeru mereka dan meletakkan shirat (titian) di antara kedua tepi Jahannam. Aku lah (Rasul) orang yang pertama tama melintasinya dari kalangan para Rasul bersama umatnya. Pada hari itu tidak ada orang yang berkata-kata selain para Rasul, dan doa para Rasul pada hari itu adalah ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah!’
Di Jahannam terdapat besi-besi pengait seperti duri sa’dan.
Rasulullah bersabda, “Apakah kalian pernah melihat duri sa’dan?”
Mereka (sahabat) berkata, “Ya.” Kemudian beliau mengatakan, “Ia seperti duri sa’dan, dan hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Pengait itu akan menyambar manusia, tergantung amalan mereka. Di antara mereka ada yang binasa karena amalanya (sedikit), dan di antara mereka ada yang diberi balasan hingga diselamatkan.
Hingga ketika Allah berkehendak untuk memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari ahli neraka, maka Allah memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang dulu menyembah Allah. Maka malaikat mengeluarkan mereka dengan melihat bekas sujud, dan Allah mengharamkan neraka melahap bekas sujud. Mereka dikeluarkan dari neraka dalam keadaan telah gosong, lalu mereka disiram dengan air kehidupan, maka mereka tumbuh sebagaimana tumbuhnya biji di aliran air.
Kemudian Allah selesai dari memutuskan perkara di antara para hamba, dan tinggal satu orang yang berada di antara surga dan neraka. Ia adalah orang terakhir dari penghuni neraka yang akan dimasukkan ke surga.
Ia menghadapkan wajahnya ke neraka seraya mengatakan, “Wahai Rabb, palingkanlah wajahku dari neraka. Sungguh baunya telah menyakitiku dan panasnya telah membakarku”.
Allah berfirman, “Jika Aku melakukan hal itu terhadapmu, apakah engkau akan meminta selainnya?”
Ia menjawab, “Tidak, demi keperkasaan-Mu”. Ia pun berjanji kepada Allah, lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka.
Ketika ia maju menuju surga, ia melihat keindahannya, maka ia diam sekian waktu, kemudian ia mengatakan, “Wahai Rabb, bawalah aku ke dekat pintu surge”.
Allah berfirman, “Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta selain yang telah engkau minta?”
Ia mengatakan, “Wahai Rabb, agar aku tidak menjadi makhluk-Mu yang paling sengsara”.
Allah mengatakan, “Jika Aku memberikannya kepadamu, apakah engkau akan meminta selainnya?”
Ia mengatakan, “Tidak, demi keperkasaan-Mu, aku tidak meminta kepada-Mu selain ini”. Ia berjanji kepada Rabb nya.
Lalu Allah mendekatkannya ke pintu surga. Ketika telah sampai di pintunya, ia melihat keindahannya dan apa yang terdapat di dalamnya berupa kesenangan dan kegembiraan. Ia pun diam sementara waktu, lalu ia mengatakan, “Wahai Rabb, masukkanlah aku ke dalam surga”.
Maka Allah berfirman, “Kasihan engkau, wahai anak Adam! Betapa cepatnya engkau menghianati janji. Bukankah engkau telah berjanji kepada-Ku untuk tidak meminta selain apa yang telah Aku berikan kepadamu?”
Ia mengatakan, “Wahai Rabb, janganlah Engkau jadikan aku sebagai makhluk-Mu yang paling sengsara”.
Allah pun tertawa kepadanya, kemudian mengizinkannya masuk surga. Lalu Allah mengatakan kepadanya, kemudian mengizinkannya masuk surga.
Lalu Allah mengatakan kepadanya, “Berangan-anganlah!” Ia pun berangan-angan hingga ketika angan-angan nya telah terputus, maka Allah mengatakan, “Berangan-anganlah demikian dan demikian”. Allah mengingatkannya hingga ketika angan-angannya habis, maka Allah mengatakan, “Engkau mendapatkan hal itu dan yang semisal itu”.
Abu Sa’id al Khudri mengatakan kepada Abu Hurairah,” Rasulullah mengatakan ,” Allah berfirman,” Engkau mendapatkan hal itu dan sepuluh kali lipatnya.”
Subhanallah.. betapa pemurahnya Allah Ta’ala. Dia memaafkan, memberikan kenikmatan, dan menganugerahi seseorang dengan karunia yang sangat banyak. Jika orang terakhir yang masuk ke dalam surga setelah disiksa terlebih dahulu di neraka mendapatkan kenikmatan yang begitu besar, 10x lipat dari hal ternikmat yang bisa ia bayangkan. Bagaimana dengan orang-orang yang masuk lebih awal ke adalam surga? Tentu jauh lebih nikmat.
Mudah-mudahan Allah menganugerahkan kepada kita semua surga. Kita dimasukkan ke dalamnya tanpa harus singgah di neraka terlebih dahulu.

Bentuk kenikmatan di surga yang juga dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berjumpa dan memandang wajah Allah. Bertemu dengan Allah yang menciptakannya dan ia sembah dan imani walaupun belum bertemu dengan-Nya. Inilah kenikmatan yang paling agung dan besar.
جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ إِلاَّ رِدَاءُ الْكِبْرِ عَلَى وَجْهِهِ فِى جَنَّةِ عَدْنٍ
“Ada dua surga yang perabotnya dan segala isi di dalamnya terbuat dari perak, dan ada dua surga yang perabotnya dan segala isi di dalamnya terbuat dari emas. Tidak ada yang menghalangi suatu kaum untuk melihat Rabb mereka selain selendang keagungan di wajahNya pada surga ‘Adn.” (HR. Bukhari).
Kemudian di antara keadaan surga, ia adalah tempat yang bertingkat-tingkat sesuai dengan amalan seseorang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَتَرَاءَيُونَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَيُونَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ ، أَوِ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الأَنْبِيَاءِ لاَ يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ قَالَ بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ
“Sesungguhnya penduduk surga akan saling melihat para penghuni kamar-kamar surga yang ada di atas mereka seperti melihat bintang yang terang-benderang di ufuk timur atau barat, disebabkan adanya tingkatan para penghuni surga. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah itukah rumah-rumah para nabi di surga yang tidak dapat dicapai oleh selain mereka?” Beliau bersabda, “Bahkan, demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu).
Keadaan surga dan penduduknya yang berikutnya, dijelaskan dalam sebuah hadit dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الجَنَّةَ صُورَتُهُمْ عَلَى صُورَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، لاَ يَبْصُقُونَ فِيهَا، وَلاَ يَمْتَخِطُونَ، وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ، آنِيَتُهُمْ فِيهَا الذَّهَبُ، أَمْشَاطُهُمْ مِنَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، وَمَجَامِرُهُمُ الأَلُوَّةُ، وَرَشْحُهُمُ المِسْكُ، وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الحُسْنِ
“Kelompok pertama yang masuk surga, wajah mereka secerah bulan di malam purnama. Mereka tidak meludah, tidak berdahak, dan tidak buang air besar. Bejana mereka dari emas, sisir mereka dari emas dan perak. Dupa wewangian mereka berupa aluwah, keringat mereka bau wangi, masing-masing memiliki dua istri, dimana susum tulanng betisnya kelihatan di balik daging, karena cantiknya…” (HR. Bukhari, Muslim, dan yang lainnya).
Kita memohon kepada Allah surga dan memberi taufik kepada kita untuk mengerjakan amalan-amalan yang mendekatkan kepadanya. Baik perkataan maupun perbuatan.
Mudah-mudahan gambaran surga dari nash-nash syariat ini, dapat memberi semangat kepada kita untuk kembali ke kampung kita, kampung akhirat dengan keberhasilan. Berhasil sebagai penghuni surga.